Kontras.net, Banda Aceh| Jangan sibuk berpolitik. Nasib anak – anak Aceh mengenaskan karena pemangku kepentingan sibuk berebut kekuasan, membesarkan perut sendiri. Dayah di Aceh wajib diselamatkan sebagai jantung hati rakyat Aceh! pada Rabu, 9 Oktober 2024 di Banda Aceh.
Hal tersebut menanggapi kabar buruk yang menimpa lembaga pendidikan Islam dengan kasus dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oleh teungku (ustadz) terhadap santriwatinya.
Beberapa waktu terakhir, kasus pelecehan seksual di dayah terungkap bertubi-tubi. Terbaru, terungkap kasus pelecehan oleh pimpinan Dayah di Padang Tiji, Pidie, dengan korban hingga empat santriwati.
Menanggapi hal tersebut, Mohd Rendi Febriansyah, Komandan Brigade PII Aceh mengecam keras oknum pimpinan dayah dan teungku yang melakukan perbuatan bejat tersebut.
“Orang tua memasukkan anaknya ke dayah dengan harapan mendapatkan ilmu agama untuk bekal masa depan. Tapi orang orang bejat itu malah merusak masa depan anak anak Aceh. Kami mengecam keras tindakan biadab tersebut” sebut Rendi pada Rabu, 9 Oktober 2024 di Banda Aceh.
Ia juga mendesak pemerintah, DPRA serta MPU agar serius menangani persoalan pelecehan di dayah. Menurutnya, mereka adalah yang paling bertanggung jawab untuk menyelamatkan dayah di Aceh.
“Hari ini semua berbicara kepentingan Aceh. Mereka semua munafik apabila kasus pelecehan di dayah tidak diselesaikan. Pemerintah, DPRA dan MPU bertanggung jawab dunia akhirat menyelesaikan persoalan ini,” sebut mahasiswa Ilmu Politik USK itu.
Rendi menambahkan, harus ada seleksi ketat bagi pimpinan dayah dan para pengajar di Dayah Aceh baik ilmu agama maupun mentalnya. Sebutnya, Pemerintah dan pihak terkait wajib melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pimpinan dayah dan para pengajar.
“Aceh merupakan daerah syari’at Islam. Jangan sampai hal tersebut hanya pencitraan sedangkan sedang terjadi noda menjijikkan di bumi serambi mekkah. Kita tidak boleh menutup mata, mari selamatkan dayah,” tutup Rendi.
0