BANDA ACEH- Meurak Jeumpa Institute sukses menggelar diskusi virtual bertajuk “Eksplorasi Tinggalan Arkeologi Laksamana Malahayati” Minggu (16/2/2025) malam. Dibuka Dirjen Perlindungan Kebudayaan dan Tradisi Kementerian Kebudayaan RI, Dr. Restu Gunawan, M.Hum mewakili Menteri Kebudayaan.
Ketua Ikatan Arkeologi Indonesia (IAAI) Aceh-Sumatera Utara Ambo Asse Ajis memaparkan Laksamana Malahayati tokoh yang hebat dan kuat, bukti sejarah menunjukkan bahwa perannya sangat besar untuk kejayaan negeri ini.
Malahayati mampu memimpin pelayaran hingga lebih dari 2.000 kilometer untuk mengamankan perairan Selat Malaka. Sementara kontruksi benteng inong bale basis pertahanannya memiliki kontruksi yang luar biasa.
“Hanya saja kita sayangkan banyak warisan teknologi maritim Aceh yang hilang. Namun kita masih bersyukur dan beruntung lokasi benteng masih ada,” jelasnya.
Sastrawan juga Sutradara Teater Dr. Sulaiman Juned, M.Sn menambahkan Arkeologi Warisan Laksamana Malahayati saat ini berada dalam kondisi mengkhawatirkan.
Pelestariannya bisa dengan membangun museum bahari di Lamreh sembari merawat seluruh peninggalan Malahayati.
“Kita tidak boleh hanya sekedar bangga terhadap kehebatan masa lalu Laksamana Malahayati saja, apalagi kini Benteng Inong Bale mulai tergerus longsor, dalam hal ini negara harus hadir bersama masyarakat untuk menyelamatkan warisan ini agar tak hilang.” ujar Dosen Seni Teater ISI Padangpanjang itu.
Sulaiman Juned menambahkan, menyelamatkan warisan ini dapat pula dihidupkan melalui media seni seperti Sastra, teater, film dan Senirupa serta Desain Komunikasi Visual secara berkelanjutan.
Ia mendesak Dirjen Perlindungan Kebudayaan dan Tradisi Kementerian Kebudayaan untuk menindaklanjuti program pelestarian tinggalan arkeologi Malahayati agar tak punah.
Sementara itu ketua Meurak Jeumpa Institut, Nyakman Lamjame menjelaskan diskusi yang juga diikuti Direktur Sejarah dan Permuseuman Prof. Dr. Agus Mulyana, M.Hum dan Piet Rusdi, S.Sos Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah 1 Aceh tersebut menghasilkan sejumlah rekomendasi penting.
Pertama, Pemerintah harus lebih peduli terhadap semua situs sejarah di Aceh dan menganggarkan biaya memadai meskipun dalam tantangan efisiensi anggaran.
Kedua, Membentuk pusat studi spesifik mengenai warisan Laksamana Keumalahayati untuk memperdalam penelitian dan pemahaman tentang kontribusinya.
Ketiga,Membangun museum Laksamana Keumalahayati dalam bentuk digital dan fisik sebagai wada memamerkan sejarah kepahlawanannya kepada masyarakat luas.
Keempat, Penanaman karakter dan nilai-nilai Laksamana Keumalahayati dalam bentuk kurikulum di sekolah-sekolah, mulai dari tingkat dasar hingga menengah atas, untuk menginspirasi generasi muda.
Kelima, Produksi film layar lebar Laksamana Keumalahayati yang menggambarkan masa lalunya dan menjadi sumber inspirasi di masa sekarang.
Keenam, Pemerintah harus mengupayakan pencarian donatur untuk mendanai penggarapan film Laksamana Keumalahayati.
“Rekomendasi ini segera kita kirim ke Menteri Kebudayaan dengan harapan ada langkah konkret untuk menjaga tinggalan sejarah serta nilai-nilai yang diwariskan oleh Malahayati,” tutup Nyakman Lamjame.