Lhokseumawe – Bunyi-Bunyian Rapai, serune kalee dan geundrang, serta alat musik pendukung pergelaran seni tradisional itu sudah lama tak terdengar lagi di Kota yang dijuluki petro dollar. Tiadanya pementasan disebakan kurangnya perhatian pemerintah Kota Lhokseumawe terhadap seniman, nasib mereka ibarat sudah terlupakan.
Saiful Zainuddin Saputra salah satu seniman di Kota Lhokseumawe mengatakan
Komunitas seni Sanggar di Kota Lhokseumawe sudah mulai redup, bahkan ada dari mereka memilih fakum. Hal itu dikarenaka, tiadanya panggung kreatifitas yang diadakan oleh Pemerintah Kota Lhokseumawe di ruang publik.
“Itu menjadi bukti kurangnya agenda khusus dan semangat membangun seni budaya dengan baik oleh Pemerintah kota Lhokseumawe sendiri. Akibat kurangnya perhatian pemerintah, sejumlah Sanggar Seni yang berada di Kota Lhokseumawe selama ini hanya bergantung pada acara pesta pernikahan. Tak hanya itu, para pelaku seni lainnya lebih memilih lari ke digitalisasi seni seperti Youtube,Tiktok dan Media Sosial lainnya,” ujar Saiful, Sabtu 28 Juli 2023.
Saiful memaparkan, pemerintah kota Lhokseumawe terkesan pilih kasih terhadap seniman di Kota Lhokseumawe, saat ini pemerintah terkesan hanya terfokus pada Komunitas Sanggar Seni Internal Pemko saja, padahal, menurutnya, komunitas Sanggar Seni di Kota Lhokseumawe sangatlah banyak.
Kondisi inilah yang dirasakan seniman dan pegiat budaya di kota Lhokseumawe. Selama ini, mereka kesulitan mendapat tempat di masyarakat lantaran kurangnya panggung kreatifitas yang diadakan oleh Pemerintah Kota Lhokseumawe. Mereka berharap kepada Penjabat Wali Kota, Imran agar menghidupkan kembali event festival seni sehingga menggairahkan kembali iklim seni dan budaya di Kota Lhokseumawe.