Sejarah – Perang Hunain adalah salah satu pertempuran penting yang terjadi pada tahun 630 M, tak lama setelah Penaklukan Mekkah. Perang ini melibatkan pasukan Muslim yang dipimpin Nabi Muhammad SAW melawan suku Hawazin dan Tsaqif, yang khawatir akan kekuatan Islam yang semakin berkembang.
Latar belakang perang ini bermula dari keputusan suku Hawazin dan sekutunya, Tsaqif, untuk menyerang kaum Muslimin. Mereka mengumpulkan pasukan besar dengan tujuan mengantisipasi dominasi Islam. Suku Hawazin dipimpin oleh Malik bin Auf, yang mempersiapkan pasukannya dengan strategi menggabungkan kekuatan militer dan membawa serta keluarga dan harta benda mereka ke medan pertempuran. Ini dilakukan untuk memotivasi pasukannya agar mereka berjuang lebih gigih demi mempertahankan keluarga dan harta.
Namun, saat pasukan Muslim yang terdiri dari 12.000 orang bergerak menuju lembah Hunain, mereka diserang secara tiba-tiba dari posisi yang strategis. Pasukan musuh menyerang dari ketinggian dengan menggunakan panah, batu, dan serangan mendadak yang membuat pasukan Muslim sempat kocar-kacir. Beberapa pasukan Muslim mulai mundur dan nyaris mengalami kekalahan.
Dalam momen kritis tersebut, Nabi Muhammad SAW tetap teguh memimpin. Sepupu beliau, Ali bin Abi Thalib, bersama Abbas bin Abdul Muthalib, mulai mengumpulkan kembali pasukan Muslim yang sempat tercerai-berai. Dengan keberanian dan keuletan mereka, pasukan Muslim dapat mengatur ulang barisan mereka dan memulai serangan balik.
Pada saat genting tersebut, Allah menurunkan pertolongan-Nya. Dalam Al-Qur’an, Surah At-Taubah ayat 25, Allah mengingatkan kaum Muslim bahwa kekuatan bukanlah segalanya. Allah menegur mereka karena sempat merasa sombong dengan jumlah pasukan yang besar, namun lupa bahwa kemenangan hanya dapat diraih dengan izin-Nya. Teguran ini menjadi pelajaran penting bagi umat Muslim untuk selalu mengandalkan Allah dalam setiap perjuangan.