Takengon, Kontras.net | Isu kesehatan mental dikalangan pelajar menjadi perhatian Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia (PW PII) Aceh. Hal tersebut diangkat dalam Leadership Intermediate Training (LIT) atau latihan kepemimpinan tingkat menengah PII se Provinsi Aceh di Takengon, Aceh Tengah pada 26 November 2023 hingga 1 Januari 2024.
Training tersebut diikuti oleh 27 orang peserta dari Aceh Tengah, Aceh Timur, Langsa, Simeulue, Gayo Lues, Aceh Tenggara, Lhokseumawe dan Aceh Selatan.
Dalam training tersebut didapatkan fakta bahwa keseluruhan peserta mengalami luka batin dengan rincian 89% akibat kekerasan fisik dan konflik yang dialami dalam keluarga.
Fakta ini didapat dari hasil tes psikologi yang dilakukan oleh tim instruktur PII Aceh yang melalui M. Rizki Akbar Pratama, S. Psi yang juga Sekretaris Umum PW PII Aceh kepada seluruh peserta training.
Menurut hasil olah fakta, para pelajar tersebut bertahan dari masalah kesehatan mental akibat pendidikan agama yang didapatkan di pesantren dan pendidikan karakter di PII. Jika tidak ditahan dengan hal itu kemungkinan terburuk dapat terjadi kepada para pelajar tersebut.
Koordinator Tim Instruktur, Nashihul Umam menyebut hal ini harus menjadi perhatian pemerintah terutama yang membidangi pendidikan dan pelajar agar mengambil langkah konkrit terhadap permasalahan mental pelajar
“Pengalaman mereka hari ini berefek dari sikap, kata kata yang menjengkelkan dan menyakitkan, perlawanan, defence mecanism, ketakutan berbicara, kekhawatiran yang berlebihan, dan overthingking akibat daripada pengalaman masa lalu terutama yang bersumber dari rumah. Ini harus menjadi perhatian pemerintah untuk menghasilkan generasi Z yang sehat secara mental” Sebut Nashih.
Selain itu Komandan Brigade PII Aceh, Mohd Rendi Febriansyah yang termasuk dalam tim instruktur mengatakan bahwa isu ini bukanlah hal yang sepele.
“Pembentukan karakter itu selalu dimulai dari rumah. Ibu memenuhi kebutuhan rohani dan ayah kebutuhan jasmani. Karakter yang terbentuk kemudian menjadi penentu karakter kepemimpinan bangsa, karena pada dasarnya pelajar adalah pemegang estafet kepemimpinan bangsa. Maka jika karakter yang terbentuk dari rumah tidak baik, dikhawatirkan akan berefek pada nasib bangsa kedepan. Sehingga ini harus menjadi perhatian semua pihak.” Kata Rendi
Tim instruktur mengakui bahwa seluruh peserta training tersebut adalah anak anak yang cerdas dan hebat. Maka sangat disayangkan ketika potensi tersebut tertutup oleh luka batin dan kesehatan mental yang mendalam.
0