Buku lazimnya dianggap sebagai benda yang bermanfaat karena menyimpan banyak informasi berharga. Namun tidak demikian halnya dengan buku-buku ini. Pasalnya buku-buku berikut diklaim menyimpan kutukan berbahaya sehingga sebaiknya tidak disentuh oleh sembarang orang.
Codex Gigas
Codex Gigas adalah buku yang dari penampilannya saja sudah menyita perhatian. Bagaimana tidak, buku ini memiliki tinggi mencapai hampir 1 meter dan berat kurang lebih 74 kg.
Fisiknya tersebut menjadikan buku ini sebagai salah satu buku terbesar yang pernah ada. Tidak mengherankan jika kemudian buku ini diberi nama Codex Gigas. Dalam bahasa Latin, nama buku ini memiliki arti “Buku Raksasa”.
Namun keunikan buku ini bukan hanya ada pada ukurannya. Codex Gigas juga kerap dijuluki sebagai Injil Setan karena selain berisi ayat-ayat dari kitab suci Injil, buku ini juga memuat mantera sihir dan gambar-gambar yang diyakini menyimbolkan sosok Setan.Menurut analisa sejarawan, Codex Gigas diitulis antara tahun 1204 hingga 1230 di lokasi yang sekarang termasuk dalam wilayah Republik Ceko. Sejak tahun 1768, buku ini tersimpan di Perpustakaan Nasional Swedia.
Di Swedia itulah, beredar rumor kalau Codex Gigas aslinya menyimpan kekuatan gaib. Pada tahun 1858, seorang penjaga perpustakaan tanpa sengaja terkurung di perpustakaan.
Saat sedang berada di dalam, ia diceritakan melihat Codex Gigas beserta sejumlah buku lainnya beterbangan di udara. Penjaga tersebut diceritakan begitu syok sehingga ia sesudah itu harus menjalani perawatan kejiwaan.Misteri terkait Codex Gigas tidak bisa dilepaskan dari asal usul kemunculannya yang diklaim juga menjurus mistis. Menurut legenda, pada awalnya ada seorang biarawan yang melanggar sumpahnya sendiri. Sebagai hukuman, biarawan tersebut diperintahkan menulis kitab berisi semua pengetahuan di dunia hanya dalam waktu semalam. Jika ia gagal memenuhinya, maka ia bakal dihukum mati.
Biarawan tersebut kemudian membuat perjanjian dengan setan supaya bisa selesai menulis buku hanya dalam waktu satu malam. Sebagai tanda terima kasih, buku itu pun menampilkan gambar-gambar setan di sejumlah halamannya.
Historia del Huerfano
Historia del Huerfano (HDH) adalah buku novel yang namanya berasal dari bahasa Spanyol dan memiliki arti “Cerita Si Yatim Piatu”. Novel tersebut merupakan hasil karya dari seorang pastor asal Spanyol yang bernama Martin de Leon y Cardenas.
Martin diceritan menulis Historia del Huerfano pada periode antara tahun 1608 hingga 1615. Awalnya ia ingin merilis novel tersebut dengan memakai nama samaran. Namun Martin pada akhirnya memutuskan kalau novel ini sebaiknya tidak usah diterbitkan sama sekali. Keberadaan buku ini baru kembali diketahui oleh publik setelah pada tahun 1965, seorang pakar asal Spanyol menemukan buku ini di kumpulan arsip milik Yayasan Hispanik Amerika di New York, Amerika Serikat.
Wacana supaya buku tersebut diterbitkan supaya isinya bisa dibaca oleh masyarakat luas pun langsung menyeruak. Namun itu sejak pula, kabar kalau buku ini menyimpan kutukan mulai beredar.
Menurut pengakuan Brenda Palacios yang pernah menghabiskan waktu selama dua tahun untuk menyunting buku ini, ia pernah mendapatkan peringatan supaya menjauhi buku ini.
Pasalnya sebelum ini, pernah ada dua orang yang meninggal saat sedang menyunting buku ini. Salah seorang di antara mereka meninggal akibat penyakit misterius, sementara yang satunya meninggal dalam kecelakaan. Great Omar
Omar Khayyam adalah seorang penulis puisi asal Persia (Iran) yang hidup pada abad ke-11. Sejak tahun 1859, karya-karyanya mulai dikenal oleh masyarakat Barat setelah kumpulan puisinya diterjemahkan oleh Edward Fitzgerald dan diterbitkan di tahun tersebut.
Tahun 1911, Francis Sangorski ditunjuk oleh sebuah toko buku Inggris untuk menambahkan ilustrasi dan aksesoris pada bukunya supaya kelak buku kumpulan puisi Omar Khayyam bisa diterbitkan sebagai edisi spesial. Sangorski tidak main-main ketika ia menerima permintaan tersebut. Ia nekat menyuap seorang penjaga kebun binatang untuk memberi makan ular dengan hewan hidup supaya ia bisa mendapatkan perspektif jelas ular yang sedang makan. Sangorski juga menambahkan aneka macam pernak pernik berharga mahal pada bukunya seperti lembaran emas, ribuan butir batu mulia, serta ribuan helai bulu burung sungguhan.
Saat bukunya sudah selesai dibuat, ternyata tidak ada orang Inggris yang mau membelinya karena harganya terlalu mahal. Maka, buku Great Omar buatan Sangorski pun kemudian dikirim ke Amerika Serikat supaya bisa dilelang di sana. Di sinilah rentetan peristiwa mencekam mulai muncul. Buku Great Omar buatan Sangorski pada akhirnya tidak pernah mencapai Amerika Serikat karena bukunya tenggelam bersama dengan kapal Titanic yang membawanya. Kurang dari tiga bulan kemudian, Sangorski meninggal akibat tenggelam.
Tahun 1930-an, buku Great Omar yang serupa dengan buatan Sangorski dibuat ulang oleh Stanley Bray. Buku tersebut kemudian disimpan di suatu lokasi di kota London, Inggris. Namun buku tersebut lagi-lagi tidak berumur panjang. Buku yang bersangkutan hangus meleleh setelah pesawat Jerman menjatuhkan bom ke lokasi penyimpanan buku.
Neraka Tomino
Neraka Tomino adalah puisi buatan pujangga Saijo Yaso yang pertama kali terbit sebagai bagian dari Sakin, buku kumpulan puisi terbitan tahun 1919.Sejak pertama kali terbit, Neraka Tomino sudah menarik perhatian karena muatannya yang terkesan angker. Puisi Neraka Tomino nampaknya bercerita mengenai seorang pemuda bernama Tomino yang melakukan dosa besar dan kemudian dibuang ke neraka.
Namun kalau menurut budayawan Tara Devlin, Neraka Tomino aslinya menggambarkan kehidupan Tomino yang terjebak di tengah kejamnya peperangan. Tahun 1974, Neraka Tomino akhirnya merambah ke layar lebar setelah puisi tersebut diadaptasi menjadi filmoleh sutradara Shuji Terayama. Tragisnya, Shuji sesudah itu mendadak jatuh sakit dan kemudian meninggal hanya berselang 9 tahun kemudian.
Keangkeran Neraka Tomino hanya semakin menjadi karena menurut kabar yang ramai beredar di internet, mereka yang nekat membaca Neraka Tomino keras-keras bakal mendapat kutukan.
Written In Blood
Written In Blood (Ditulis Dalam Darah) adalah buku terbitan tahun 1978 yang ditulis oleh pasangan suami istri Robert dan Nancy Heinl. Robert adalah bekas marinir Amerika Serikat yang pernah tinggal di Haiti dan bekerja sebagai penasihat untuk pemerintah setempat. Meskipun berada di dekat Benua Amerika, Haiti banyak dihuni oleh penduduk kulit hitam keturunan Afrika. Banyak di antara mereka yang hingga sekarang masih mempraktikkan voodoo, kepercayaan tradisional Afrika yang kadang disalahgunakan untuk ilmu hitam.
Tahun 1963 di saat hubungan Amerika Serikat dan Haiti sedang memburuk, diktator Francis Duvalier mengusir orang-orang berpaspor Amerika Serikat, termasuk pasangan Robert dan Nancy. Di saat bersamaan, Duvalier diyakini juga menjatuhkan kutukan voodoo kepada mereka berdua.
Duvalier meninggal beberapa tahun sebelum Written In Blood selesai dibuat, namun kutukan yang disematkannya sudah terlanjur keluar. Saat naskah Written In Blood sedang dicetak di Amerika Serikat, mesin cetaknya mendadak mengalami kerusakan. Surat kabar The Washington Post sempat mengirimkan salah seorang wartawannya untuk mengulas buku ini. Namun sang wartawan mendadak jatuh sakit akibat usus buntu.
Pasangan Robert dan Nancy juga tidak luput dari kutukan. Mereka mengaku kalau semua jam mekanik di rumah merea mendadak mati saat bukunya terbit. Panggung tempat Robert berdiri juga sempat runtuh secara tiba-tiba saat Robert sedang berpidato. Puncaknya adalah ketika pada tahun 1979, Robert meninggal saat sedang berlibur di luar negeri. Tepatnya di Kepulauan Karibia yang berada tidak jauh dari Haiti.
Menurut klaim Nancy, kutukan ini akan semakin kuat jika korbannya berlokasi semakin dekat dengan Haiti. Selain mengutuk Nancy dan orang-orangnya, Duvalier sebelum meninggal juga pernah mengklaim kalau John F. Kennedy – presiden Amerika Serikat – aslinya meninggal akibat kutukan voodoo yang ia lepaskan.
Sumber ; https://www.mentalfloss.com/posts/cursed-books