Kontras.net | Banda Aceh – Pengurus Komisariat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Universitas Syiah Kuala menggelar MAPABA (Masa Penerimaan Anggota Baru) ke-V, MAPABA ke-V ini merupakan gerbang awal pengkaderan formal yang diadakan di Gedung KNPI Kota Banda Aceh.
Peserta MAPABA kali ini mencapai 30 peserta dari berbagai kampus ternama, diantaranya: USK, UIN Ar-Raniry, STISNU Aceh, STAI Tgk. Chik Pante Kulu, LP3i College dan Universitas Al-Washliyah.
MAPABA kali ini mengusung tema dengan tiga kata kunci, “Edukasi, Aksi, Transformasi”. Sahabat Ferdi Nazirun Sijabat, selaku Ketua Majelis Pembina Komisariat PMII USK menyatakan bahwa tema yang diusung sangat menarik dan sesuai dengan realitas saat ini.
“Kata edukasi mengacu kepada pendidikan dasar bagi setiap individu. Sahabat Ferdi mengambil kutipan bijak dari Nelson Mandela, “Education is the most powerful weapon which you can use to change the world”. Kata aksi jika dikulik lebih lanjut dapat dimaknai sebagai sebuah tindakan dalam menyelesaian masalah pain point. Munculnya masalah menjadi sebuah peluang perwujudan aksi. Selanjutnya.
“Transformasi didefinisikan sebagai cara mengubah kondisi menjadi lebih baik. Tujuan utama dalam melakukan perubahan adalah tujuan kemaslahatan agama, bangsa, dan negara”, imbuh Sahabat Ferdi dalam sambutannya.
“Harapan dilaksanakannya MAPABA ke-V ini adalah semakin banyak kader-kader yang dapat mengisi ruang amal shaleh di berbagai sektor sehingga PMII dapat menjadi wadah dalam meningkatkan kualitas diri dan mengasah keterampilan berorganisasi. Para kader yang telah memperoleh edukasi di kampus dapat mengimplementasikan keilmuannya dengan menunjukkan action menyikapi berbagai isu terkini. Aksi yang dilakukan selanjutnya mampu membawa perubahan sehingga eksistensi kita sebagai Mahasiswa, dapat dirasakan seluruh komponen masyarakat”, ujar sahabat Lutfan selaku Ketua PK PMII USK.
Ketua PC PMII Kota Banda Aceh mengatakan bahwa Tri Dharma Perguruan Tinggi selaras dengan tema yang diangkat pada MAPABA kali ini. Pertama, pendidikan yang merasuk dalam kata ‘edukasi’. Mahasiswa sebagai kaum intelektual mampu menyediakan ruang diri sebagai agent of change di masa mendatang. Selanjutnya ‘penelitian’ terhadap segala isu dan permasalahan di berbagai bidang yang ada. Yang terakhir, ‘pengabdian’ yang ditransformasikan dalam bentuk kontribusi dan pencarian alternatif solusi paling optimal terhadap isu yang terus-menerus berkembang.
“Kepemimpinan menjadi hal yang krusial di era ini, karena bukan hanya dijadikan sebagai tolak ukur dari status sosial, tetapi kepemimpinan itu sendiri dapat memengaruhi berbagai kondisi dalam kehidupan sahabat/i pilih nantinya, baik sebagai Mahasiswa atau sebagai warga PMII.” Tutup sahabat Raysoel Akram.
Penulis: Safira Kamisna,/Kader PK PMII USK.