Kontras.net| Kota Sabang – Forum Komunitas Kawasan Sabang (FKKS) melakukan audiensi dengan Pj Wali Kota Sabang Reza Fahlevi, Rabu 9 November 2022. Audiensi berlangsung di ruang rapat Wali Kota, dihadiri oleh Sekjend FKKS, Syarjani, ST bersama sejumlah pengurus lainnya.
Dalam audiensi tersebut, Sekjend FKKS Syarjani mengutarakan tujuan bertemu dengan Pj Wali Kota Sabang, selain untuk bersilaturrahmi dengan orang yang dipercayakan membangun Sabang itu, juga untuk menyampaikan paparan materi dalam rangka untuk satukan persepsi bangun potensi.
Ada beberapa hal yang disampaikan Syarjani dalam paparan tersebut, diantaranya terkait optimalisasi pelabuhan Balohan Sabang. Menurut Syarjani, dengan selesainya pembangunan Pelabuhan Balohan, menjadi kesempatan emas bagi BPKS untuk bangkit, mengelola dan mengembangkannya menjadi Pelabuhan Nasional.
Syarjani menjelaskan, arah pengembangan yang diamanahkan dalam MP BPKS sudah sangat jelas, butuh lahan pengembangan 185 Hektare sejalan dengan pengembangan sebagai Kawasan Industri Balohan. Ia berharap tidak terjadi mispersepsi tentang siapa yang harus mengelola Pelabuhan Balohan.
Terkait adanya tumpang tindih aset, dan berbagai persoalan lainnya, maka harus dikembalikan pada regulasi yang berlaku. “Ada UU 37 Tahun 2000, lalu diperkuat dengan UU 11 Tahun 2006, setahun kemudian Pemerintah Aceh mengeluarkan Qanun No. 9 Tahun 2007, dan pada tahun 2010 Pemerintah Pusat memberikan PP 83, selanjutnya satu-persatu produk hukum turunan diberikan termasuk Permenhub 03 tahun 2013,” sebut Syarjani.
Optimalisasi Pelabuhan Balohan
Syarjani menuturkan, mindset tentang Pelabuhan Balohan tidak boleh sekedar pelabuhan penyeberangan semata, tapi harus mendukung Balohan sebagai Kawasan Industri, sehingga banyak hal yang dapat dikembangkan, seperti docking, TUKS, dan berbagai akifitas bisnis lainnya untuk pengembangan selanjutnya di masa yang akan datang.
Syarjani juga memaparkan, saat ini masalah Kepelabuhanan Exciting (Riil) Daerah Kerja dan Daerah Kepentingan Pelabuhan masih semraut (Chaostic), belum jelas RIP, DLKr dan DLKp, sehingga zonasi ruang belum mempunyai koordinat batas-batas wilayah daratan dan wilayah perairan yang semakin hari semakin rumit untuk diselesaikan.
Hal ini sangat berdampak terhadap perkembangan infrastruktur pelabuhan dan juga berpengaruh kepada minat investor untuk berinvestasi baik pada bidang pelabuhan maupun investasi lainnya.
“Dengan keunggulan sejarah seperti yang sudah saya sampaikan, seharusnya kita punya “Main Focus” apa yang menghasilkan pundi-pundi PNBP, seperti menyediakan kebutuhan air (bendungan), minyak kapal (marine fule Oil), dan berbagai logistic lainnya,” ujarnya.
Pria yang pernah bertugas di unit pelayanan dan perizinan (PTSP) BPKS Sabang itu juga mengungkap, kemungkinan dibukanya terusan Kra sangat menguntungkan bagi Sabang ke depan. Jika terus Kra itu selesai dilakukan, kemungkina besar kapal kapal tidak lagi melintas di semenanjung malaya, tetapi tepat berada di depan perairan teluk Sabang.
“Tentunya kita yang paling diuntungkan dan dapat berperan memenuhi kebutuhan logistik mereka. Jika sekarang basic infrastruktur kita tidak siap, kita akan kehilangan kesempatan yang paling berharga untuk mendapatkan PNBP dalam jumlah besar, sesuatu yang dapat mendatangkan devisa negara yang signifikan, dan selanjutnya dapat berkontribusi terhadap perekonomian nasional,” jelasnya.
Singgung Tentang Pulo Aceh
Syarjani juga menyinggung tentang keberadaan Pulo Aceh dalam kawasan pengembangan BPKS sebagaimana amanat UU 37 tahun 2000. Yang mana, Pulo Aceh masuk dalam kawasan pengembangan BPKS Sabang. Jika BPKS serius mengembangkan Pulo Aceh juga, kata Syarjani, maka bisa menjadi alternatif untuk mengembangkan berbagai jenis usaha sesuai dengan fungsi kawasan.
“Bebagai potensi yang dimiliki harus dapat dioptimalkan, tidak boleh dibiarkan, untuk dapat memberikan animo para pelaku usaha harus ada tindakan konkrit, misalnya ada pelabuhan yang dapat sandar kapal, akses jalan yang nyaman dan dapat di jangkau oleh para pelaku usaha dan siapun yang ingin berkunjung ke Pulo Aceh,” paparnya.
Syarjani juga mendesak agar aset BPKS yang sudah dibangun perlu dioptimalkan, sehingga dapat mendatangkan PNBP, “Dan harus ada dermaga yang nyaman untuk sandar kapal, akan terjadi arus barang dan angkutan penumpang sehingga lama kelamaan akan terjadi peningkatan pendapatan masyarakat yang pada akhirnya Pulo Aceh juga dapat kita kembangkan sesuai dengan potensi yang dimilikinya,” tegasnya.
Bukan itu saja, mantan Kepala PTSP BPKS Sabang itu juga mengharapkan ke depan proses perizinan di Sabang itu cukup satu atap. “Sehingga dapat memberikan pelayanan maksimal dan tidak ada lagi proses perizinan yang mengganggu iklim investasi di kawasan Sabang,” katanya.
Histori dan Wisata Sabang
Terakhir, Syarjani memaparkan tentang histori Sabang yang luar biasa di masa lalu. Ia pun menyebut tentang sejarah Belanda, Jepang dan sekutu pada perang dunia ke 2. Ada banyak benteng dan rumah sakit bawah tanah.
Potensi wisata ini menurutnya terkubur. Karena itu ia menyarankan perlu disajikan kembali dalam bentuk “Historiografi” yang dapat diyakini kebenarannya, sehingga siapapun yang menyampaikan tentang sejarah versinya sama, tidak beda orang beda penyampaiannya.
“Jadi perlu riset dan kajian sejarah oleh para ahlinya, dan tentunya ini sangat fantastis jika betul-betul dilakukan, sehingga pariwisata Sabang tidak hanya bergantung pada keindahan alamnya saja,” imbuhnya.
Pj Wali Kota Tertarik
Pj Wali Kota Sabang Reza Fahlevi, tampaknya sangat terkesan dan tertarik dengan pemaparan yang disampaikan oleh Sekjend FKKS, Syarjani. Namun, terkait beberapa rencana dan ide besar yang disampaikan Syarjani, perlu ada kajian lebih mendalan oleh para ahli dan pihak terkait.
Menurut Pj Wali Kota, saat ini banyak infrastruktur yang telah dibangun oleh BPKS, namu beberapa infrastruktur belum digunakan secara optimal. Terkait optimalisasi pelabuhan Balohan, ia juga mengaku sepakat dengan pemaparan FKKS, sehingga ke depan pelayan lebih baik dan mampu mendatangkan keuntungan bagi Sabang dan kawasan sebagaimana harapan masyarakat.
Reza Fahlevi juga meminta kepda FKKS untuk tetap berperan aktif menggemakan kembali wisata sejarah Sabang, dengan cera terus mengeksplorasi potensi wisata sejarah yang ada di Kota Sabang.
“Untuk meningkatkan destinasi wisata di Sabang, kita semua terutama FKKS harus bisa mengaktifkan kembali objek-objek wisata sejarah, terutama benteng-benteng yang ada di Kota Sabang, agar story telling dari wisata sejarah itu bisa menjadi wawasan bagi menarik minat wisatawan berkunjung” kata Reza Fahlevi.
Mantan Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Aceh itu pun menyarankan FKKS memberikan kontribusi termasuk mengajak lembaga lain di Sabang untuk membuat pelatihan kepada para guide di Sabang dengan mengkaji kembali sejarah-sejarah yang di Kota Sabang.
Pemaparan dan diskusi itu berlangsung mulai pukul 11.30 WIB hingga pukul 12.30 WIB di ruang rapat Wali Kota Sabang. Kegiatan berlangsung lancar dan penuh keakraban.